Friday, October 20, 2006

UNTUK SEMUA YANG KU SAYANGI








Keren ya....?!
(Lihat kartu lebaran adikku)

SELAMAT LEBARAN ................!


Aya mengucapkan:
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
1 Syawal 1427 H

Jika hati sejernih air jangan biarkan ia keruh
Jika hati seputih awan jangan biarkan ia mendung
Jika hati seindah bulan, hiasilah ia dengan iman

Segala terasa indah
Andai semua salah dan khilaf dapat terhapus dengan ikhlas


Monday, October 09, 2006

GEMPA ?

Pengalamanku ketika Gempa di Yogyakarta dan Klaten

Pagi itu tepatnya hari Sabtu, kami mengalami gempa di rumah nenekku yang berada di Kartasura. Kejadiannya pagi hari, saat aku dan ketiga adikku nonton film kartun di kamar bersama orang tuaku yang asik membaca buku. Saat terjadi gempa, kami semua bingung karena di dalam kamar semuanya bergerak, bahkan kipas angin ambruk dan buku-buku di rak berjatuhan. Kami semua berloncatan turun dari tempat tidur karena tempat tidurnya bergoyang-goyang dan menimbulkan suara keras karena beradu dengan dinding dan lemari. Ayahku menggendong Ami dan ibuku menggendong Dinda. Aku menggandeng adikku ke luar dari kamar menuju halaman rumah. Di luar kamar kami bertubrukan dengan Om Fajar dan keluarganya yang menempati kamar sebelah kamarku, di ruang tengah kami bertubrukan dengan keluarga Om Tri, Om Makruf dan Tante Yusti yang menggendong adik bayi. Kami terbagi menjadi dua kelompok secara tidak sengaja, ada yang keluar dari garasi dan ada yang keluar dari ruang tamu, pokoknya kami menuju halaman rumah supaya aman jika rumah sampai roboh. Ya, waktu itu seakan-akan rumah digoyang-goyang sehingga seperti dipaksa untuk ambruk dan banyak benda-benda berjatuhan sehingga sangat berbahaya jika kita berada di dalam rumah. Sampai di luar rumah, kami tidak menemukan Aki dan Nenek karena mereka masih jalan-jalan pagi tetapi tetangga-tetangga yang ada di sekitar rumah nenek semuanya lari keluar rumah juga dengan wajah tegang dan saling bertanya apa yang terjadi. Pada awalnya kami mengira Gunung Merapi meletus, tetapi ketika kami melihat puncak Merapi yang terlihat jelas dari kampung Nenek, di sana hanya terlihat gumpalan asap seperti kemarin sore.

Setelah keadaan tenang dan sepertinya tidak ada lagi gempa yang seperti tadi, kami berani masuk rumah. Selanjutnya kami hanya merasakan gempa-gempa kecil yang hampir tidak terasa dan tidak sampai menjatuhkan benda-benda di dalam rumah. Karena penasaran dan ingin tahu ada apa, aku berniat menonton televisi. Aku mencari siaran berita atau sekilas info yang biasanya menyiarkan berita yang sangat baru. Beberapa jam kemudian ketika kami nonton film kartun ada berita, salah satu laporan utamanya adalah gempa yang terjadi tadi pagi. Ternyata yang gempa tadi pagi memakan banyak korban di Yogyakarta dan di Klaten. Aku baru sadar, kalau rumah nenek sangat dekat dengan Klaten, jadi gempanya terasa sangat kuat tetapi tidak sampai merubuhkan rumah, paling parah hanya genting-genting beberapa rumah tetangga nenek yang berjatuhan.

Malam harinya, kami selalu mengikuti perkembangan berita dan informasi yang sampai ke rumah nenek. Telepon rumah nenek tak henti-hentinya berdering karena banyak yang menanyakan kabar nenek, begitu juga HP kami semua, selalu ada SMS dan telepon yang menanyakan kabar kami dan keluarga kami yang di Yogyakarta.

Hari Minggu kami semua semakin panik, karena ada Eyang ku yang di Yogyakarta dan tinggal di Plered bersama keluarganya. Padahal berita di TV menyebutkan daerah Plered merupakan daerah yang rumah-rumah penduduknya banyak yang roboh. Akhirnya Om Beni pergi ke Plered untuk memastikan keadaan keluarga Eyang.

Siang harinya Pak RT di kampung nenek datang ke rumah untuk menanyakan apakah kami mau menitipkan sumbangan, karena Pak RT bersama beebrapa warga akan berkunjung ke daerah korban gempa untuk menyalurkan sumbangan dan membantu sebisa mereka. Banyak sembako yang mereka bawa selain uang dan pakaian untuk disumbangkan. Aku ingin sekali ikut, tetapi orang tuaku melarangku karena aku masih kecil. Kami sempat berdebat karena aku berpendapat banyak yang bisa aku lakukan di sana, tapi pada akhirnya aku menyerah karena orang tuaku banyak memberikan alasan yang bias aku mengerti mengapa aku tidak boleh ke sana.
Upf…. Ihik….ihik…., aku dan adikku berpelukan dan sangat ngeri melihat berita-berita selanjutnya yang menayangkan korban-korban akibat gempa bumi yang ternyata sangat parah dan mengerikan. Aku jadi mengerti mengapa aku tidak boleh ke sana, pastilah aku tidak bisa melakukan apa-apa karena di rumah saja aku jadi tidak bisa berdiri melihat banyak mayat dan korban-korban yang berlumuran darah.

Aku bersyukur dan mengucapkan alhamdulillah berkali-kali karena hari Jum’at kami dari Semarang pergi ke rumah mbah di Temanggung, Ayahku sebenarnya mengajak kami menginap di Temanggung kemudian pagi-pagi sekali kami berangkat ke rumah nenek di Kartasura, tetapi entah kenapa ayahku berubah pikiran dan mengajak kami malam itu berangkat ke Kartasura dan sampai di rumah nenek sekitar jam 10 malam. Bayangkan saja jika kami berangkat ke rumah nenek dari Temanggung pagi-pagi sekali yang rencananya akan berangkat setelah sholat subuh, kami tidak tahu apa yang akan terjadi karena kami akan lewat Magelang, Yogyakarta dan Klaten.

Udah dulu ya, besok aku ceritakan kelanjutannya..........